Janganlah Kesopananmu Luntur

Seperti yang telah kita tahu, globalisasi memang membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif bisa membawa kemajuan baik pada teknologi, informasi, komunikasi, dan dalam bidang ekonomi. Namun dampak negatifnya juga bisa membawa kemunduran bagi masyarakat..

Dalam hal ini peran generasi muda sangatlah penting, sebab merekalah pemegang masa depan bangsa. Kita sebagai generasi muda,perlu melestarikan budaya-budaya Indonesia. Budaya dari luar mungkin bisa diambil yang baik-baik saja, yang masih sesuai dengan budaya negara kita. Kalau yang tidak sesuai hendaknya tidak usah dicontoh, cukup sekedar untuk pengetahuan.

Salah satu contoh kebudayaan di Indonesia adalah gotong royong, yang saat ini mulai luntur digantikan dengan budaya ‘individualis’. Contoh kebudayaan lainnya adalah budaya sopan santun, yang sudah mulai luntur juga di kalangan masyarakat terutama remaja. Padahal negara kita adalah negara yang menjunjung tinggi sopan santun, dan budaya sopan santun itu sangatlah penting.

Sopan santun harusnya dilakukan dimana pun, kapan pun, dengan siapa pun dan dalam kondisi apapun. Sekali pun kita pejabat atau orang yang punya wewenang lebih dari orang lain, ya tetap saja harus sopan dengan siapa pun. Attitude itu nomor satu. Percuma kalau status tinggi, pendidikan tinggi, tapi atitude nya kurang. Sama saja tidak ada gunanya.

Zaman sekarang ini sopan santun memang sudah tidak begitu lekat seperti zaman dahulu, utamanya adalah di kalangan remaja. Remaja mulai tidak menghormati orang lain dalam berkata dan bertindak. Beberapa kebiasaan mulai ditinggalkan dari mengucapkan salam, mencium tangan kedua orangtua sebelum meninggalkan rumah, juga membungkukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua. Bahkan sesederhana mengucapkan “maaf” ketika berbuat salah, “terima kasih” ketika dibantu orang lain, “permisi”,dan “tolong” saja sudah mulai ditinggalkan.

Seharusnya dalam bertutur kata dengan siapa pun, terutama yang lebih tua itu perlu diperhatikan baik-baik. Dengan orang tua,kakak, guru, kakak kelas, hendaknya menyebut mereka dengan panggilan yang menghormati. Jangan meniru budaya luar yang kadang memanggil Ibu sendiri saja langsung dengan namanya. Itu bukan merupakan budaya negara kita, sehingga tidak perlu kita contoh. Dengan teman sebaya pun, dalam bercanda juga perlu hati-hati. Terutama dalam pemilihan kata. Salah kata malah bisa menimbulkan konflik satu sama lain. Sebab perkataan yang buruk dapat menyulut emosi, dan tak jarang berujung pada kekerasan. Mengerikan sekali memang, melihat budaya sopan santun kini mulai hilang dalam hal bertutur kata sekalipun.

Padahal dalam sebuah peribahasa jawa dikatakan “Ajining Dhiri Dumunung ing Lathi”. Artinya nilai diri (pribadi) seseorang itu terletak pada lidahnya (ucapannya). Peribahasa ini merupakan nasihat agar kita berhati-hati terhadap kata dan kalimat yang kita ucapkan. Sepatah dua patah kata yang meluncur dari mulut kita akan didengar dan diperhatikan orang lain. Maka setiap ucapan kita,harus diiringi dengan pertimbangan yang matang

Bukti nyata berkurangnya sopan santun masyarakat Indonesia yang sedang gencar-gencarnya saat ini adalah perang di media sosial. Banyak yang berkomentar di media sosial dengan kata-kata yang kasar, tidak penting, tidak bermoral, serta menyakiti hati. Hal-hal yang sepele saja dikritik, bahkan sampai membawa-bawa unsur SARA. Banyak pula yang memposting kata-kata, foto, atau video tidak pantas di media sosial. Namun mirisnya banyak dilike banyak orang, dan malah dianggap keren dan kekinian.

Menghadapi arus globalisasi memang harusnya diimbangi dengan iman yang kuat, supaya kita dapat terkontrol dan terhindar dari dampak- dampak negatifnya. Contoh dampak negatif yang muncul di zaman sekarang ini adalah maraknya seks bebas, pelecehan seksual, tawuran, kekerasan, kebiasaan mabuk-mabukan, sampai kebiasaan suka menonton video atau membaca konten-konten berbau porno. Semua itu merusak moral generasi muda. Melunturkan budaya bangsa.

Selain membentengi diri dengan iman, meningkatkan wawasan juga perlu. Dengan begitu kita paham mana yang baik mana yang buruk. Dapat berpikir cerdas dan matang. Mengerti apa akibatnya kalau kita berbuat ini, dan apa akibatnya kalau kita berbuat itu. Lagi-lagi kita memang harus peka dan selektif terhadap arus globalisasi, sebab dunia ini telah berkembang begitu pesat.

Penulis : Cempaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy