Aku Mencintaimu Atas Ijin Allah

Aku dan kamu, menjadi kita disaat menjalin sebuah hubungan. Tapi, kita bukan mereka. Rasa yang tumbuh dalam hati kami, hubungan batin yang kuat. Ya, kami adalah dua orang yang saling menyayangi. Untuk mengungkapkan rasa terhadap apa yang terjadi menjadi sebuah dilema tersendiri. Tingkat gengsi yang menuntut untuk tidak peduli satu sama lain, padahal di lubuk hati terdalam sangat menginginkan kehadirannya.

Hubungan yang aku bina bukanlah status pacaran seperti kalian, tapi sebuah tali kakak dan adik. Aneh mungkin, tapi tidak untuk aku dan dia. Terkadang dia bertanya kepadaku” Kamu menganggap diriku apa, Nad?” Ya Nad adalah nama panggilanku dari Nadin. Jujur, ingin sekali aku jawab” Aku menganggapmu lebih dari kakak, aku sayang kamu Kak Novan”. Apakah kalian berpikir aku terlalu bodoh karena menutupi semua rasa yang ada? Tidak, aku hanya sedikit takut untuk mengatakannya. Aku hanya menjawab” Kau adalah kakakku, jadi aku menganggapmu sebagai kakak” dengan berat hati aku menjawab pertanyaannya. Firasatku tentu akan berkata demikian, bahwa dia sangat kecewa mendengar ucapanku.

Waktu terus berputar hingga suatu ketika dia berkata” Aku menyayangimu, Din. Lebih dari seorang adik. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku terus-menerus. Aku menyayangimu sayang. Aku sayang kamu. Selama kita bersama, aku ingin sekali berkata tentang hal ini. Tapi, aku tahu Nad jarak memang memisahkan kita. Tapi, apa aku harus berkorban perasaan terus menerus. Aku sudah tidak sanggup memendamnya Nadin. Aku mencintaimu.” Tanpa sadar air mataku sudah mengguyur pelupukku. Jangan seperti ini Kak Novan. Aku tidak sanggup melihatmu seperti ini, tapi aku tidak mampu mengatakan hal itu. Hanya hatiku yang mampu, lidahku kelu dan kakiku tidak kuat menyangga berat tubuhku. Aku menangis terisak, aku tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajahnya saat mengatakan hal itu. Suara diseberang telepon perlahan hilang, aku tahu dia sedang melnangis sudah terbaca saat dia mengatakan semuanya. Aku tidak kuat lagi melihatnya seperti itu. Hatiku berkata” Jangan menangis Kak, jangan! Aku tak sanggup melihatmu seperti ini. Aku juga menyayangimu Kak, maaf aku terlalu takut mengatakan ini kepadamu. Berhentilah menangis Kak, maaf aku telah membuatmu menjadi lemah.” Air mataku tidak dapat dubendung lagi, langsung saja kumatikan telponnya. Tanganku sudah tahu apa yang kuinginkan, ia membantuku menghilangkan beban ini dengan menumpahkan semua kebodohan yang telah kulakukan padanya. Hanya diary yang saat ini dapat kuajak bicara meskipun tidak ada reaksi darinya saat air mataku membasahi tubuhnya. Ya, karena hal itulah aku lebih memilih diary sebagai sahabatku.

Dua bulan waktu yang telah kita lewati, bukan lagi masa-masa indah tapi di mana adalah masa kesengsaraan. Yah, bukan fisik kami yang tersiksa. Tapi hati kami seolah dicincang bagai daging cincang. Ketahuilah Kak, di sini aku selalu merindukanmu. Bayangmu seolah telah terkunci dalam pikiranku, senyummu, namamu semua tentangmu. Astagfirullah, zina Nad zina! Berapa banyak dosa yang telah kau perbuat. Jangan membebaninya kembali Nad.
Ketika cinta harus berakhir karena Allah, bukan berarti Allah tidak merestui tapi Allah sangat mencintai.

Waktu terus berjalan, tanpa aku sadari ini sudah tahun kedua tanpa Kak Novan. Awalnya aku merasa sepi, jiwaku hampa. Tapi, langsung kutepis dengan istighfar dan tilawah. Hal itu rutin kulakukan. Hingga suatu malam, aku bertemu dengan sosok yang tak asing lagi bagiku. Dia berdiri di tepi danau dan menatap lurus ke depan. Siapa dia? Jiwaku tergerak untuk mendekatinya. “Antum siapa?” Dia berbalik dan langsung memelukku “Aku mencintaimu Nadin sayang, aku harap kamu juga begitu. Ingatlah sayang, meski aku sudah tiada tapi namamu tetap hidup di hatiku. Selamanya” Aku lepaskan pelukannya, betapa terkejutnya aku melihat orang yang sangat kucintai berdiri dihadapanku dan mengatakan cintanya.”Kakak, aku juga mencintaimu. Selamanya” Tiba-tiba dia berjalan menuju cahaya putih, wajahnya seketika menjadi bersinar seperti bintang.”Aku mencintaimu…Nadin. Aku mencintaimu atas ijin Allah. Selamat tinggal Nadin, La Tahzan” Aku mengejarnya tapi langkahku tidak mampu mengimbanginya. Aku tersandung batu, ah batu apa ini? Batu nisan bertuliskan nama ” Muhammad Novan Emery Alfando” Lap!!!

” Nadin, bangun sayang” teriakan mama membangunkanku. “Iya, Ma” Kurasa ini masih jam delapan malam tapi kenapa mama sangat cemas membangunkanku. Dengan sigap aku menatapnya dengan penuh tanda tanya”Mama kenapa? Apakah ada sesauatu yang terjadi dengan Mama?”. Aku sangat panik melihat mama dengan wajah cemas”Sayang, kamu yang ikhlas ya Nak.” Deg! Apa ini? Kenapa mama berkata seperti itu? Apa yang telah tetjadi? Ada apa sebenarnya, tenang Nadin.”Ada apa, Ma? Kenapa mama Nadin ikhlas? Apa yang sudah terjadi?” Mama diam, tiba-tiba kalimat yang mengejutkan keluar dari bibir cantiknya “Novan,dia dia…” Aku gelagapan tiba-tiba pikiranku membayangkan yang tidak-tidak. “Kak Novan kenapa, Ma” Aku panik, menggenggam bahu mama dengan perasaan kacau “Allah sayang banget sama Novan, Din. Jadi Allah memanggil Novan dengan perantara penyakit asma” Deg! Air mata tidak mampu kubendung lagi, aku merasa bahwa tadi dia bersamaku di tepi danau dan memelukku. Aku tidak percaya bahwa ia telah tiada”Mama, mama bohong sama Nadin. Tadi Nadin ketemu kok sama Kak Novan. Nadin dipeluk sama dia dia bilang ke Nadin kalau.. Kalau dia mencintai Nadin. Mam bohong, mama bohongkan Ma. Kak Novan juga tidak pernah bilang sama Nadin kalau dia asma. Mama bohongkan?” Suaraku parau, mama hanya diam dan langsung memelukku”Mama nggak bohong Sayang” “Nggak, nggak mungkin! Aku mencintainya Ma, Mama bohong! Dia masih hidup tadi.. Tadi dia meluk Nadin” Lelehan air mata terjadi di kamarku. Aku belum siap menerima kepergiannya meskipun kami sudah tidak berkomunikasi selama dua tahun.

Dengan berat hati aku mengikhlaskan perginya, raga Kak Novan akan dikubur di kotaku. Bandung, 20 April 2015. Aku pergi ke tempat peristirahatannya, ketika dia telah usai dibaca orang-orang berangsur pergi hingga menyisakan aku, mam dan papa kak Novan. “Aku mencintaimu meskipun aku tidak bisa memilikimu di dunia Kak. Nadin sayang kakak” Tiba-tiba papa kak Novan menyentuh bahuku sambil meyerahkan sesuatu”Ini pesan dari Novan untukmu Nak. Dan ini cincin yang dibeli Novan dengan kerja kerasnya. Saat dia ingin pergi menemuimu langsung di Bandung. Tiba-tiba puteraku merasakan sesak di dadanya. Om panik dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa asmanya kambuh…” “Tapi om, bahkan Kak Novan tidak menceritakan bahwa ia punya asma” “Itulah hebatnya Novan, Nak. Dia tidak ingin orang yang dicintainya menjadi panik dan selalu sibuk mengurusnya. Oleh karena itu dia tidak memberitahukan ini kepadamu, tapi Novan sangat mencintaimu. Dan sebelum Allah memanggilnya. Dia sempat menitipkan cincin dan surat ini kepada om untukmu, Nak” “….”aku menangis dan menahan sakit yang terasa karena cintanya begitu dalam “Te-ri-ma kka-siiih”lirihku yang masih mampu terdengar oleh Om Ikhwan.

Seminggu setelah kepergian kak Novan, tapi aku masih belum siap menerimanya. Karena aku merasakan ia selalu berada di sampingku dan mengelus kepalaku ketika tidur. Tapi bagaimanapun dia sudah tiada untuk selamanya Aku baru ingat dengan surat yang diberikan padaku oleh om Ikhwan.

“Dear Nadin,
Cintaku ini tulusmu, cinta yang kubina dengan basmalah ketika aku ingin mengenamu. Cintaku tidak bethenti di dunia tapi akan selalu mencinta dan senantiasa tumbuh meski maut memisahkan. Nadin, maafkan diriku yang tidak menceritakan asma yang kuderita. Sungguh, Din ini hanya asma bukan penyakit mematikan untukku. Aku tidak mau melihatmu cemas Nadinku. Aku mencintaimu, cincin ini sebagai tanda bahwa aku mencintaimu. Bersediakah kau menjadi separuh jiwaku”

Aku benar-benar tidak sanggup menahan sakit lagi, kenapa kamu mengatakannyaa setelah kepergiannmu. Kenapa saat kau masih berpijak di bumi kau tidak mengatakannya. Tentu aku mau menjadi separuh jiwamu meski bukan di dunia.. “Aku mencintaimu meski ragamu tiada disini. Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Aku mencintaimu Kak Novan, mungkin cinta kita berakhir di dunia tapi kekal di akhirat. Aku mencintaimu karena Allah semoga Allah mempertemukan kita disurganya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy