Tegakah Kamu Melihat Mereka Masuk Neraka?

Kita tidak ada yang tahu apakah nanti akan masuk neraka atau surga. Tapi Allah telah menjelaskan tentang ciri-ciri atau perbuatan manusia seperti apa yang diancam akan masuk neraka bila dikerjakan, dan bagaimana yang berpeluang masuk surga. Maka disini jelas bahwa meski kita tak tahu bagaimana nasib kita nanti, tapi untuk urusan perbuatan telah diterangkan mana yang berujung neraka dan surga. Dengan demikian maka kita bisa mawas diri dan termasuk saling mengingatkan agar tidak melakukan perbuatan yang diancam akan masuk neraka.

Sayangnya manusia kebanyakan berlindung dibalik alasan keyakinan. Sehingga berikutnya banyak hal yang salah akhirnya dianggap benar karena keyakinan yang berbeda. Disinilah kita harus menjadi dewasa dan jernih. Tidak bisa memaksakan kebenaran, sebab akan berujung pada pertengkaran. Namun demikian, jika kita masih memiliki hati, tegakah kita melihat mereka yang kita kenal akhirnya tetap bertahan melakukan perbuatan yang diancam masuk neraka?

Sebagian dari kita ada yang berpikir, “sudahlah gak usah dipikirkan. itu urusan masing-masing. Lagian belum tentu kita yang berjalan di kebenaran akan masuk surga juga, begitu pula mereka. Siapa tahu nanti mendekati mati mereka kembali ke jalan yang benar”

Pola berpikir demikian kini sangat populer digenerasi millenial. Dan kedengarannya sangat dewasa sekali. Tapi dibalik itu, sesungguhnya model berpikir seperti ini sangat berbahaya, sebab akan membuat kita cenderung abai dan lepas kendali atas mana yang benar dan salah.

Seyogyanya sebagai universalscout kita tetap bisa melihat dengan luas dan berpegang teguh pada kebenaran hakiki. Memang setiap manusia punya hak untuk melakukan apapun, terserah ia sekuat apa nanti menanggung akibatnya. Tapi bagi yang telah paham tentang kebenaran, ia punya tanggungjawab wajib untuk menegakkan kebenaran itu dengan baik dan santun, bukan malah membiarkan apa-apa kesalahan yang ada di depannya dan menganggap itu sebagai sebuah kewajaran yang tak perlu kita masuk terlalu dalam.

Kedewasaan model pembiaran itu yang dibungkus tipis-tipis dengan kata toleransi kuranglah tepat. Seharusnya kedewasaan yang dibangun haruslah kedewasaan yang mengandung kebijaksanaan untuk memberi penjernihan dan pencerahan, bukan kedewasaan yang justru memperumit masalah sehingga membiarkan mereka semakin larut dalam kesesatan. Bukan pula berarti kita main kasar dengan memaksakan suatu penjernihan, ini malah salah kaprah. Terlalu longgar itu jelek, terlalu ketat itu buruk.

Kita harus tetap menyampaikan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Bagaimana jika yang diberitahu tidak menggubris dan malah bersikap negatif? Pertama kita harus jernih dan luas untuk menemukan teknik yang baik tanpa merusak sedikitpun keadaan yang telah baik dalam menyampaikan kebenaran. Kedua jangan membenarkan kesalahan yang mereka perbuat dengan dalih seperti diatas, lebih baik sampaikan bahwa itu hal salah tapi demi kemanusiaan maka kita menghormatinya dan berdoa semoga Allah membukakan pintu hidayah bagi hati mereka, dengan demikian setidaknya kita sudah menyampaikan kebenaran tetap pada relnya. Ketiga jangan musuhi atau sakiti mereka, justru berbuat baiklah kepada mereka dan beri teladan yang baik serta wawasan yang terang tentang kebenaran hakiki dalam hidup ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy