Angin berdesir berhembus melewati tubuhku sebanding dengan pengalaman yang selalu aku jalani berlahan-lahan menembus tubuhku. Selembar harapan. Dulu aku masih anak-anak, dimana masa tersebut aku hanya berpikir untuk bermain terus dan kadang aku lupa untuk belajar, kalau mau makan di siapin dan di suapin oleh Ibu, setiap hari selalu kena marah Ibu, Bapak, dan lainnya. Saat kita masih kecil kita jarang di rumah dan kadang kita menghilang tak pulang-pulang sampai di marahi Ibu. Akan tetapi pengalaman dan juga masa-masa itu sekarang ini digerus oleh waktu, lama-lama semakin lapuk dan diterpa angin sehingga lama-lama menjadi sebuah bingkai memory yang ada di pikiran. Kini aku telah membuka sebuah masa yaitu masa beralih nya masa anak-anak menjadi masa remaja. Ya, sekarang aku sudah remaja. Aku sudah harus berpikir menjalani sebuah tantangan dalam hidup.
Dulu waktu kecil aku hanya berpikir bermain, sampai-sampai Ibuku meneteskan air mata karena kenakalanku waktu kecil. Sekarang aku harus berpikir bagaimana Ibuku bisa meneteskan air matanya lagi? Bukan karena kenakalanku, akan tetapi karena bangga terhadapku. Hidup di masa remaja ini menurutku sangat sulit, karena sedikit demi sedikit angin yang dulu berhembus menghilangkan masa kecilku kini datang membawa butiran-butiran debu. Kini aku harus melalui butiran-butiran debu yang mulai berhembus melalui tubuhku. Aku mulai berjalan selangkah demi selangkah dan sekarang ini aku berada di masa pertengahan hidup, yaitu masa remaja menghadap dewasa.
Aku harus mulai berpikir cita-cita yang harus kulakukan untuk Ibuku dan Ayahku. Memang banyak orang berpikir cita-cita itu harus menghasilkan uang banyak karena memang di dunia ini yang di cari hanyalah itu. Tapi aku berpikir 2x dari itu, jika memang cita-cita di dunia itu membuat Ibuku bangga kepadaku, maka aku harus menjalaninya tanpa melupakan motivasi serta tiang agama yang aku dapatkan. Dan jika sebelum aku bisa meraih itu aku juga harus bercita-cita untuk menghadap sang Illahi jika aku belum bisa meraih untuk Ibuku tapi aku harus menguatkan tiang keyakinan dalam hidupku agar jika aku dipanggil sang Illahi orang tua ku tetap bangga tetapi tidak sepenuh nya.
Semua yang aku cita-cita kan itu rahasia Tuhan dan tak satupun umat yang tahu takdir apa yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha untuk itu. Jika Tuhan mentakdirkan nya kita harus sangat bersyukur. Jika memang tidak kita juga harus menerimanya. Jadi, sekarang kita pikir saja bagaimana caranya melalui butiran-butiran debu tersebut disamping itu juga kita juga berpikir kalau kita sudah melalui butiran-butiran debu, kita harus merencanakan untuk melalui butiran-butiran debu yang lebih besar. Meski rencana ini rahasia Tuhan,kita juga harus berusaha untuk itu jika tercapai maka itu adalah takdir yang dituliskan Tuhan kepada kita, jika tidak pasti ada takdir yang dituliskan kepada kita meski tak sejalan dengan kita, tapi pasti ada jalan untuk itu semua. So, jalani aja tantangan-tantangan yang ada jika kalian berusaha pasti ada jalan untuk usaha yang sedang diperjuangkan. Jadi jangan pernah menyerah untuk itu semua!