Jalanan WOW! Ke Pantai Sioro di Musim Hujan – Catatan Asanti (2)

Ini lanjutan kisah kami, ambalan penegak Pangeran Samber Nyawa dan Tribhuwana Tungga Dewi pada liburan beberapa waktu lalu. Berawal dari sebuah gagasan salah satu teman kami. Yang ingin mengajak liburan ke pantai di daerah Trenggalek. Rencana ini selalu menemui jalan buntu selama 2 kali berturut-turut. Alasannya clasik banget sih. Ada yang bilang nggak punya uanglah, jalan sama teman lah ini lah dan itulah. Akhirnya kami memutuskan berangkat di hari lain. Alhamdulillah kita bisa berangkat meskipun anggota kami tidak lengkap. 

Pergi ke pantai Sioro bukanlah tujuan utama kami, itu adalah peluang kami untuk menghabiskan sisa waktu liburan selama sehari nonstop, nggak juga sih tapi lebih dari 22 jam kami menghabiskan waku liburan hari itu untuk moving dari point satu ke point lainnya. Rencana ini kami rundingkan kala masih di konservasi penyu Taman Kili Kili.

Awalnya ada anggota yang tidak mau pergi ke sana alasannya cukup masuk akal sih. Dia mesti daftar ulang dan takut sama gurunya yang super duper kalem. Hea, murid baik gitu loh gamau menyecewakan si ibu guru cantik, mwehehe. Tapi akhirnya dia ngikut saja sama yang lain dan alhamdulillah ada kesempatan kedua gengs jadi dia nggak perlu pusing mikirin daftar ulang hari itu.

Sebelum kita tancap gas ke Pantai Sioro, ada aja masalahnya. Masalah yang muncul dari kecerobohan salah satu teman kami. Masalah itu cukup membuat kami semua bingung bagaimana tidak sih. Dia bilang kalau kontak motornya hilang mana ekspresinya polos banget lagi. Sumpah deh, nggak tega lihat wajahnya kek gitu. Imut sih, tapi kalau kondisinya kayak gitukan jadi horor tuh muka. Kakak pembina kamipun turut bingung yah tapi biasalah orang itu tetap santai mulu ekspresinya. Pengen banget gitu lihat orangnya masang wajah panik sepanik paniknya.

Kakak lain dari TBTD (Tribhuwana Tungga Dewi) dan PSN (Pangeran Samber Nyawa) mulai membantu mencari kontak motornya. Kami kembali lagi masuk ke konservasi penyu untuk mencarinya bahkan kami sampai tanya-tanya ke bapak Sigit, orang yang bekerja di konservasi penyu sekaligus merawat tukik-tukik emesh. Tapi hasilnya nihil, 2 kali kami keluar masuk buat nyari kontak tapi nggak ketemu juga. Kami kembali ke tempat nongkrong tadi yaitu di Pantai Kili-Kili. Salah satu teman kami bertanya lewat HT “ASANTI 2 ASANTI 2. Bagaimana kuncinya sudah ketemu belum?” Boro-boro ketemu lihat batang hidungnya aja kagak. Pradana kami bertanya sama korban kehilangan kunci “Awakmu maeng terakhir kali ngerti nang ndi to Mbah?” Mbah, ya karena dia paling tua diantara kami. Setelah membuang waktu cukup lama menyusuri pantai dan keluar masuk konservasi penyu. Kuampret sih, alhasil ketemunya nggak jauh dari motor. Lha kok bisa? Ya bisa, sebelum kita memutuskan untuk pergi, kita meninggalkan jejak terlebih dulu pada papan kecil di depan konservasi itu. Alhamdulillah udah ketemu jadi kita langsung tancap gas menuju ke Pantai Sioro.

Tapi ditengah jalan ternyata cuaca mulai berubah kurang bersahabat. Kami sempat bekali-kali diskusi apakah akan menerjang rintangan ini atau stop untuk kemudian ambil jalan pulang saja. Karena kami muter-muter saja diskusinya, Pembina kami angkat bicara dan bertanya apakah mau lanjut atau tidak, terus ketua rombongan memikirkan matang-matang. Dia bimbang lalu dia bilang ke lainnya “Kalau saya secara individu ok, Kak. Tapi kasihan teman-teman. Cuacanya mendung dan anak-anak capek kak” Uwah, care banget yak. Tenang, keputusan final dia adalah lanjut. Sebelum itu dia dan kakak pembina membuat kesepakatan “Kalau hujan nanti puter balik” alias pulang:’. Akuur…

Kami menuju ke Pantai Sioro dengan jarak tempuh lumayan jauh dari pantai Kili-Kili. Dua kali break untuk ibadah sholat. Selepas Ashar kami mulai meluncur naik ke pegunungan yang membentengi laut selatan dengan daratan Tulungagung. Awal masuk jalan ke lokasi masih lancar-lancar saja, tapi setelah beberapa kilometer, waduuuh jalannya betul-betul amazing, sampai motor trail penduduk lokal pun harus berjibaku luar biasa menembus medannya, apalagi kendaraan standar kami.

Jalan ke pantai Sioro sungguh hancur, tak seperti beberapa bulan lalu ketika tim kami kesini untuk survei. Telisik dan selidik, jalan hancur ini karena terjadi pengikisan tanah oleh air hujan, jadi jalanan jadi sungi saat air hujan turun sehingga berakibat hancurnya kontur jalan. Dengan kondisi rusak, berlumpur apalagi ditambah kemiringan jalan yang terjal bin curam, motor standar kami dibuat lumpuh tak berkutik.

Tapi begitu ketua rombongan tetap nekat maju dengan diiringi senyum pembina kami yang sok cool, hadeeh. Alhasil tim pun merangsek maju. Kami harus mengeluarkan segenap tenaga dan kelincahan untuk bisa menembus lokasi, yang curam, licin dan hancur… walau beberapa kali harus berbenturan dengan dinding jalan yang membentuk cekungan bagai selokan ini. Daan, ternyata masalah nggak cuman berhenti disitu aja gengs. Ada lagi masalah kala salah satu personil PSN terjatuh dengan gaya slow motion, gubbraaak… motor kumbangnya ambruk gara-gara lepas kendali di jalan tikungan yang menurun plus sisi kirinya menganga rekahan cukup dalam akibat tergerus air hujan, syukur ia bisa bangkit lagi.. dengan senyum heroik bagai superman hahaha.., Wajar sih jatuh yak, karena memang medan yang dilewati begitu berat bagi pemula seperti kami. Andai kami jalan kaki tentu ceritanya tak begini, wus wus wus gitu… tapi ini harus bawa motor. Sebenarnya mau jalan kaki, tapi sebagian teman ngeyel motor di ajak nge-track juga.. huhuhuu. Disaat itu yang begitu santai cuma Pembina kami… :p

Sambil menunggu sahabat kami yang baru jatuh bangun mengejarmu.. eh, bangun dari jatuh, kami berdiskusi. Kami harus memutuskan sesuatu yang sangat krusial. Berhenti atau lanjut? Ketika teman2 serius diskusi, dalam hatiku cukup senang, karena waktu mengambil keputusan itu cukup untuk membuat kami rehat sejenak. hehehe..

Dan, apa keputusan kami? Berhenti? Lanjut sampai sukses? Yes or No? Semua itu akan terjawab pada artikel selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy