Nyadran/ bersih desa merupakan salah satu warisan leluhur yang sampai sekarang masih dilaksanakan di berbagai desa di Indonesia. Salah satunya adalah Desa Sonoageng. Tradisi nyadran merupaan bentuk upacara kepercayaan yang dilakukan masyarakat Desa Sonoageng sebagai penghormatan terhadap leluhur Desa. Tokoh yang dijadikan obyek upacara adalah Mbah Sahid, leluhur yang dianggap sebagai pendiri Desa Sonoagng. Prosesi nyadran ini diadakan setiap satu tahun sekali yaitu pada malam Jumat Pahing.

Pada tahun 2014 kejadian yang mistis terjadi pada saat prosesi nyadran berlangsung. Dimana seharusnya prosesi diadakan pada hari Kamis Legi malam Jumat Pahing diganti pada hari Minggu, dikarenakan kehendak dari Bapak Kamituwo yang menginginkan prosesi nyadran diubah menjadi hari Minggu.

Awalnya tidak terjadi apa apa, cuaca cerah dari pagi hingga acara akan berlangsung. Senyuman indah dari warga Sonageng menghiasa arak arak an tersebut. Saat Manggolo terdepan mulai memasuki daerah makam, hujan deras dan angin kencang pun mulai datang. Tanpa ada langit mendung hujan yang sangat deras mengguyur Desa Sonoageng. Juleng (hasil panen) pun rusak seketika, banyak makam yang roboh. Para warga dan penonton pun merasa sangat bingung. Salah satu sesepuh berkata “Mungkin ini terjadi karena kita mengganti hari prosesi. Bisa saja Mbah Sahid tidak senang akan hal ini.”.Karena kejadian tersebut tidak ada orang yang lagi berani mengganti hari sakral terebut.

Penulis : Arimbi Putri