Untukmu Ibu Yang Selalu Menyayangi Tanpa Jeda di Sepanjang Waktu

Di pagi yang cerah, seketika aku terbangun dari mimpi panjangku. Aku merapikan tempat tidurku, dan bergegas untuk mandi. Setelah mandi, berseragam sekolah, dan menyantap sarapan pagi masakan ibuku, aku pergi untuk memakai sepatu sekolah. Di situ aku melamun dan termenung. Aku mengukir sebuah impian untuk membeli sepasang sepatu baru. Tapi pada saat itu aku tau jika keadaannya aku sedang krisis uang. Terdengar triakan sang bidadari surga dari belakang yang memanggil namaku.. haghhh.. ternyata itu adalah ibuku yang menyuruhku agar segera berangkat ke Sekolah. Akupun langsung berpamitan dan memberi salam kepada ibu dan bapakku untuk pergi ke Sekolah.

Sesampainya di Sekolah, aku menaruh tasku di bangkuku. Bangku nomor dua dari depan sebelah selatan. Bangku yang sering aku tempati dengan sahabat karibku, bernama Gati. Kringg… Bel istirahat berbunyi. Semua siswa langsung berlari keluar kelas untuk membeli jajan dan mainan kesukaan mereka masing masing, tanpa membereskan buku-buku setelah pelajaran jam pertama tadi. Akupun juga seperti itu, aku membeli es dan pentol kesukaanku. Seperti biasanya stelah membeli makanan, teman – teman berkumpul di depan kelas dan menyantap makanan mereka sambil berbincang bincang. Di situ, aku melihat temanku yang sepatunya baru. Banyak teman – teman yang memuji sepatu baru itu. Bagus,kinclong, haaa… aku ingin memilikinya. Aku bermimpi sepulang sekolah ibuku sudah membelikan sepatu baru untukku. Sepatu yang aku idam – idamkan sedemikian lamanya. Disana temanku ada yang melihat sepatuku yang sudah sobek – sobek, kumel. Ada seorang teman yang merupakan haters. Dia biasa membully – bully, menyacat semua tingkah dan penampilanku. Saat itu, dia juga mengejekku, karena sepatuku yang jelek jelas jauh beda dengan punya dirinya. Aku tidak tahan dengan ocehannya, tapi aku berusaha sabar dengan ejekan mereka itu. Tak lama kemudian… Akhirnya bel masuk berbunyi, setelah lama bel pulang berbunyi juga akhirnya. Hal yang di nanti para siswa akhirnya tiba juga. Semua bergegas merapikan buku, memasukkannya kedalam tas. Bersama – sama membaca do’a dan bersalaman kepada bapak ibu guru, lalu pulang ke rumah masing – masing.

Sesampainya di rumah aku duduk termenung. Ibuku yang berada di belakangku lalu memanggilku dan bertanya mengapa aku duduk termenung di ruang tamu. Karena ibu terus memaksa, terpaksa aku berterus terang bahwa aku ingin membeli sepatu baru. Ibuku langsung terdiam, dan meninggalkan aku yang duduk di ruang tamu tadi. Beberapa jam kemudian, ibuku memanggilku. Beliau menyuruhku untuk menjual beras, yang uangnya nanti akan di belikan sepatu kesukaanku. Terkejutnya aku.. aku langsung bertanya – tanya, mengapa? Mengapa? Buat apa ibu?. Ibuku yang tanpa menjawab pertanyaanku, memaksaku untuk segera menjual beras itu. Setelah ditimbang, dan aku di beri uang hasil penjualan itu aku langsung pulang. Sepulangnya dari sana, ibuku menyuruhku berganti pakaian dan mengajakku pergi membeli sepatu. Di toko aku memilih sepatu yang ingin aku beli dengan perasaan sangat senang dan terkejut. Akupun mendapatkan sepatu yang aku sukai sejak berbulan – bulan lamanya. Menahan ejekan dari teman – teman.. sungguh.. sungguh.. menyakitkan hati.. sejak saat itu aku mengerti akan arti sebuah kesabaran, akan kasih sayang seorang ibu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy