Seruan CeKuping Si Dongeng

Dear KuIlang,
Kembali tentang hatiku, berawal dari pahitnya sari pati kehidupan sampai puncak kebahagiaan telah kudaki. Bahasa kalbu tetap menjadi segala acuan dalam kepakan lengan mungilmu. Yah, hatiku merasakan getaran yang cukup kuat. Sedikitpun aku mampu memahaminya.

Rasa ini tetap sama, belum siap untuk dihapuskan. Bahkan, sejuta kebohongan tercipta untuk menutupi kemungkian dreamer yang tertanam di benakku. Mengapa? Ini demi dirimu wahai teman dekatku. Mendustai perasaanku sendiri hanya untuk seseorang yang kupandang tak lebih dari ikatan pertemanan. Tidak ada seorangpun mengetahui ini, mungkin teman dekatku. Tapi, ia hanya mengetahui bahwa tidak ada lorong hatiku untuknya.

Benar, hanya saja dia mendorong tirai kasih ini untuk memberi sedikit celah. Betapa kecewanya perasaanku saat ia mengatakan ” Beri sedikit perhatian kepadanya, jangan buat dia sakit hati” Tidak pernah terpikir olehku, kata-kata itu seperti hujatan pisau yang sengaja ditancapkan di hatiku. Rasa sakit itu masih dapat kubopong. Tapi, kehancuran itu! Apa kau pernah merasakannya, hah!! Apa pernah! I’m okay, but my heart is broken!

Hatiku tetap menolak dengan keras. Jiwa dan rasaku seolah mati, hatiku seakan diambil paksa dari dadaku. Sakit! Tapi, aku mati rasa. Sampai kesakitan itu tak berarti, tanpa ada kehangatan dan kebahagian. Kau mudah berkata! Karena kamu tidak melakukannya. Persepsimu bertolak belakang dengan keadaan yang menimpaku. Sedikitpun mungkin kau tahu kawan, tapi Tuhan dan perahu kertasku lebih tahu. Entah ke mana air akan membawanya. Tapi aku yakin lentera terindah selalu mengiringi alirannya.

Kembali lagi kuulas tentang kepedihan dan kepingan hatiku. Kepingan hati yang telah hancur terasa diiris oleh pisau. Semakin hancur bukan berupa kepingan tapi berkeping-keping! Berdusta dengan nurani adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Mungkin Allah sudah menentukan semuanya dan percaya pada Raja Neptunus dan ibu peri dalam dongeng dapat menjadi acuan untuk tetap bertahan. Sang Maha Kuasa masih terus memberiku teka-teki dan menambah lika-liku jalan pikiranku. Apa yang aku rasakan? Ia semakin menyeretku ke dalam penjara dark mengerikan itu. Sial! Temanku sekarang hanyalah lentera kegelapan. Gelap! Gelap! Gelap! Help me, please!

Hai darkness, you have my live sometimes. Ratu darkness ku masih kejam, belum bertaubat! Sehingga perahu kertasku terdampar diterjang ombak penderitaan. Hatiku masih terbawa arus, terombang-ambing di tengah lautan kegelisahan terdampar di pulau kesepian dan berada di tanah kerapuhan. Hai perahu kertasku, apa kau masih sanggup berlayar? Bangunlah!! Aku yakin kau pasti sanggup menerjang kejamnya ombak. Imajinasi ini terus bersamamu dan suatu ketika.

Hai perahu kertasku. Di mana kau berlabuh? Siapa pemilikmu saat ini? My heart is doubt. Kurelakan kepergianmu. Selamat jalan perahu kertas impianku, wujudkan mimpimu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 universalscout.com - WordPress Theme by WPEnjoy